Cari Blog Ini

Sabtu, 25 Desember 2010



curiculum vitae kepala sekolah

KEPALA SEKOLAH
RUDI HARTONO, Lahir di desa Pandansari Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang 04 September 1983. Awal Pendidikan yang ditempuh SD Negeri 01 Pandansari ( 1990 - 1996), pada akhir tahun 1996 mengaji di Pondok Pesantren Badridduja, sambil melanjutkan pendidikannya  di MTs. Badridduja Kraksaan ( 1996-1999), MA Badridduja Kraksaan ( 1999 - 2002 ), setelah itu melanjutkan kuliah di Fakultas Dakwah IAI Nurul Jadid Paiton, Setelah Semester  II tahun 2003 transfer ke Fakultas Pendidikan Ekonomi Koperasi STKIP PGRI Lumajang Jawa Timur, pada tahun 2007 meraih gelar Strata Satu ( S.Pd ). Selama Kuliah di STKIP PGRI Lumajang aktif di organisasi BEM STKIP PGRI Lumajang dan juga di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) Cabang Lumajang dan selama di organisasi selalu menekuni pelatiah, kajian dan seminar – seminar mulai tingkat daerah sampai Nasional. Pada tahun 2002 - 2007 pertama kali  menekuni karirnya di bidang pendididkan yaitu sebagai pengajar di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Desa Pandansari 01. Pada tahun 2005  juga di tarik ke salah satu Madrasah Tsanawiyah di Desa Wates Kulon Kecamatan Ranuyoso sampai 2010, pada tahun
2008 mengajar SMP Islam Al Magrobi Sawaran kulon – Kedungjajang dan pada tahun 2010 diangkat menjadi Kepala Sekolah disalah satu pendidikan SMP Islam Terpadu Nurul Huda Krasak – Kedungjajag di bawah naungan Lembaga Pendidikan Islam dan social Nurul Huda Krasak – Kedungjajang. Dan sekarang  masih melanjutkan Paska sarjana di Institut Tehnilogi Surabaya ( Mudah – mudahan Sukses )

Rabu, 15 Desember 2010

Pendekatan CBSA

PENDEKATAN CBSA

A.    Pendekatan Cara Belajar Stswa Aktif (CBSA)
Pendekatan ini sebenamya telah ada sejak dulu, ialah bahwa di dalam kelas mesti terdapat kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa (melibatkan siswa secara aktif). Hanya saja kadar (tingkat) keterlibatan siswa itulah yang berbeda. Kalau dahulu guru lebih banyak menjejalkan fakta, informasi atau konsep kepada siswa, akan tetapi saat ini dikembangkan suatu keterampilan untuk memproses perolehan siswa. Kegiatan belajar-mengajar tidak lagi berpusat pada siswa (student centered).
Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu, betapapun sederhananya. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada iswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendin fakta dan kosep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif.
B.     Hakikat CBSA
Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya:
  1. Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan
  2. Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya keterampilan
  3. Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap
Walaupun demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan efisien.
Dalam menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkani menjadi bagian-bagian kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-pninsip CBSA sebagai suatu tingkah laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat tingkah laku siswa yang muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar karena memang sengaja dirancang untuk itu.
C.     Prinsip-prinsip CBSA
Dari uraian sebelumnya kita ketahui bahwa prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik, Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:
1.      Dimensi subjek didik :
o   Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direnca nakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkani pendapat.
o   Keberanian untuk mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. Hal mi terwujud bila guru bersikap demokratis.
o   Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang olch guru.
o   Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
o   Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.
2.      Dimensi Guru
o    Adanya usaha dari guru untuk mendorong siswa dalam meningkatkan kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
o    Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
o    Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
o    Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara, mama serta tingkat kemampuan masing-masing.
o    Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
3.      Dimensi Program
o    Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
o    Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep mau pun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
o    Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
4.      Dimensi situasi belajar-mengajar
o    Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
o    Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
D.    Rambu-rambu CBSA
Yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah perwujudan prinsip-prinsip CBSA yang dapat diukur dan rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan yang paling tinggi, yang berguna untuk menentukan tingkat CBSA dan suatu proses belajar-mengajar. Rambu-rambu tersebut dapat dilihat dari beberapa dimensi. Rambu-rambu tersebut dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah suatu proses belajar-mengajar memiliki kadar CBSA yang tinggi atau rendah. Jadi bukan menentukan ada atau tidak adanya kadar CBSA dalam proses belajar-mengajar. Bagaimanapun lemahnya seorang guru, namun kadar CBSA itu pasti ada, walaupun rendah.
1.      Berdasarkan pengelompokan siswa
Strategi belajar-mengajar yang dipilih oleh guru hams disesuaikan dengan tujuan pengajaran serta materi tertentu. Ada materi yang sesuai untuk proses belajar secara individual, akan tetapi ada pula yang lebih tepat untuk proses belajar secara kelompok. Ditinjau dari segi waktu, keterampilan, alat atau media serta perhatian guru, pengajaran yang berorientasi pada kelompok kadang-kadang lebih efektif.
2.      Berdasarkan kecepatan nzasing-rnasing siswa
Pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan siswa adalah pengajaran modul.
3.      Pengelompokan berdasarkan kemampuan
Pengelompokan yang homogin han didasarkan pada kemampuan siswa. Bila pada pelaksanaan pengajaran untuk pencapaian tujuan tertentu, siswa harus dijadikan satukelompok maka hal mi mudah dilaksanakan. Siswa akan mengembangkan potensinya secara optimal bila berada disekeliling teman yang hampir sama tingkat perkembangan intelektualnya.
4.      Pengelompokkan berdasarkan persamaan minat
Pada suatu guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk berkelompok berdasarkan kesamaan minat. Pengelompokan ini biasanya terbentuk atas kesamaan minat dan berorientasi pada suatu tugas atau permasalahan yang akan dikerjakan.
5.      Berdasarkan domein-domein tujuan
Strategi belajar-mengajar berdasarkan domein/kawasan/ranah tujuan, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a)      Menurut Benjamin S. Bloom CS, ada tiga domein ialah: 1) Domein kognitif, yang menitik beratkan aspek cipta. 2) Domein afektif, aspek sikap. 3) Dornein psikomotor, untuk aspek gerak.
b)      Gagne mengklasifikasi lima macam kemampuan ialah: 1) Keterampilan intelektual. 2) Strategi kognitif. 3) Informasi verbal. 4) Keterampilan motorik. 5) Sikap dan nilai.
Di samping pengelompokan (klasifikasi) tersebut di atas, masih ada pengelompokkan yang lebih komprehensif dalam arti meninjau beberapa faktor sekaligus seperti, wawasan tentang manusia dan dunianya, tujuan serta lingkungan belajar. Pendapat ini dikemukakan oleh Bruce Joyce dan Marsha Well dengan mengemukakan rumpun model-model mengajar sebagai berikut :
1)      Rumpun model interaksi sosial
2)      Rumpun model pengelola informasi Rumpun model personal-humanistik
3)      Rumpun model modifikasi tingkah laku.
T. Raka Joni mengemukakan suatu kerangka acuan yang dapat digunakan untuk memahami strategi belajar-mengajar, sebagai berikut:
1)      Pengaturan guru-siswa
o    Dari segi pengaturan guru dapat dibedakan antara : Pengajaran yang diberikan oleh seorang guru atau oleh tim
o    Hubungan guru-siswa, dapat dibedakan : Hubungan guru-siswa melalui tatap muka secara langsung ataukah melalui media cetak maupun media audio visual.
o    Dari segi siswa, dibedakan antara : Pengajaran klasikal (kelompok besar) dan kelompok kecil (antara 5–7 orang) atau pengajaran Individual (perorangan).
2)      Struktur peristiwa belajar-mengajar
Struktur peristiwa belajar, dapat bersifat tertutup dalam arti segala sesuatunya telah ditentukan secara ketat, misalnya guru tidak boleh menyimpang dari persiapan mengajar yang telah direncanakan. Akan tetapi dapat terjadi sebaliknya, bahwa tujuan khusus pengajaran, materi serta prosedur yang ditempuh ditentukan selama pelajaran berlangsung. Struktur yang disebut terakhir ini memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut berperan dalam menentukan apa yang akan dipelajari dan bagaimana langkah langkah yang akan ditempuh.
3)      Peranan guru-siswa dalam mengolah pesan
Tiap peristiwa belajar-mengajar bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, ingin menyampaikan pesan, informasi, pengetahuan dan keterampilan tertentu kepada siswa. Pesan tersebut dapat diolah sendiri secara tuntas oleh guru sebelum disampaikan kepada siswa, namun dapat juga siswa sendid yang diharapkan kepada siswa, namun dapat juga siswa sendid yang diharapkan mengolah dengan bantuan sedikit atau banyak dan guru. Pengajaran yang disampaikan dalam keadaan siap untuk ditedma siswa, disebut strategi ekspositorik, sedangkan yang masih harus diolah oleh siswa dinamakan heudstik atau hipotetik. Dan strategi heuristik dapat dibedakan menjadi dua jenis ialah penemuan (discovery) dan penyelidikan (inquiry), yang keduanya telah diterangkan pada awal bab ini.
4)      Proses pengolahan pesan
Dalam peristiwa belajar-mengajar, dapat terjadi bahwa proses pengolahan pesan bertolak dari contoh-contoh konkret atau peristiwa-peristiwa khusus kemudian diambil suatu kesimpulan (generalisasi atau pnnsip-pnnsip yang bersifat umum). Strategi belajar-mengajar yang dimulai dari hal-hal yang khusus menuju ke umum tersebut, dinamakan strategi yang bersifat induktif.
E.     Indikator Dalam Penerapan Pendekatan CBSA

Untuk mengetahui apakah penerapan Pendekatan CBSA dalam pembelajaran yang sedang berlangsung telah optimal, perlu diamati indicator-indikatornya. Indicator itu adalah gejala-gejala yang nampak dalam perilaku guru dan murid selama pembelajaran berlangsung, serta organisasi kegiatan, iklim dan alat di dalam pembelajaran itu. Berbagai indicator penerapan pendekatan CBSA itu (T. Raka Joni; Sulo Lipu La Sulo, dkk) adalah:

1.      Keterlibatan murid dalam pembelajaran.

2.      Prakarsa murid dalam pembelajaran.

3.      Peranan guru lebih ditekankan sebagai fasilitator.

4.      Belajar dengan pengalaman langsung.

5.      Variasi penggunaan multi media dan multi metode dalam setiap pembelajaran.

6.      Kualitas interaksi antar murid dalamk pembelajaran.

KESIMPULAN
CBSA sebagai pendekatan pembelajaran sangat mengutamakan keterlibatan murid dalam pembelajaran, baik fisik maupun yang utama mental (intelektual/ emosional). Rasional digalakkannya pendekatan CBSA antara lain kecepatan perkembangan IPTEKS sehingga bahan ajar bertambah luas/ mendalam, kemajuan teknologi informasi, dan perubahan pandangan tentang fungsi sekolah dari fungsi seleksi menjadi fungsi pengembangan murid. Alasan diterapkannya pendekatan CBSA antara lain agar dalam pembelajaran terjadi asimilasi / akomodasi kognitif serta tumbuhnya mega kognisi dan motivasi belajar yang intrinsic sehingga akan terus belajar sepanjang hayat.

Pendekatan CBSA didasarkan pada sejumlah prinsip belajar yaitu: motivasi, latar/ konteks, focus, sosialisasi, belajar sambil bekerja, individualisasi, menemukan, dan pemecahan masalah. Selanjutnya terdapat sejumlah indicator yang dapat menjadi petunjuk apakah Pendekatan CBSA telah diterapkan secara optimal dalam suatu pembelajaran, yakni keterlibatan murid (fisik dan mental; intelektual/ emosional), prkarsa murid, guru sebagai fasilitator, belajar sebagai eksperiensial, variasi )metode dan media), dan kualitas interaksi antar murid.

Selasa, 14 Desember 2010

Untukmu Guruku

Engkau bagaikan cahaya
Yang menerangi jiwa
Dari segala gelap dunia
Engkau adalah setetes embun
Yang menyejukkan hati
Hati yang ditikam kebodohan
Sunggh mulia tugasmu guru
Tugas yang sangat besar
Guru engkau adalah pahlawanku
Yang tidak mengharapkan balasan
Segala yang engkau lakukan
Engkau lakukan dengan ikhlas
Guru jasamu takkan ku lupa
Guru ingin kuucapkan
Terima kasih atas semua jasamu